Back   
HIDUP BIJAKSANA DALAM DAMAI DAN KASIH
(Amsal 17:1-9)
Dalam ay. 1, Salomo mengajarkan bahwa damai di hati dan hubungan jauh lebih bernilai daripada kemewahan materi yang diwarnai pertengkaran. Kekayaan tidak memberikan arti jika rumah dipenuhi konflik. Kita diminta untuk menciptakan suasana harmonis dalam keluarga. Caranya adalah dengan mengesampingkan ego dan lebih memilih berdamai daripada bertengkar atas hal kecil.
Dari ay. 2, kita belajar bahwa Hikmat dan kesetiaan bisa membawa seseorang ke posisi terhormat, bahkan melampaui mereka yang secara status sosial lebih tinggi tetapi tidak bijaksana. Dalam pekerjaan, biarlah hikmat dan kesetiaan Anda bersinar, sehingga Anda dipercaya dan dihormati, bahkan di atas mereka yang mungkin lebih tinggi secara status.
Dari ay. 3, kita belajar "Seperti logam dimurnikan dalam api", demikian Allah menguji hati kita melalui berbagai situasi hidup. Dia mencari kemurnian, ketulusan, dan kebenaran dalam hati manusia. Terimalah setiap proses hidup sebagai kesempatan untuk membangun karakter sesuai kehendak Allah. Berdoalah agar hati ini dimurnikan dari motivasi yang salah.
Dari ay. 4, kita diingatkan bahwa Orang yang hatinya cenderung pada dosa mudah terpengaruh oleh kata-kata jahat atau kebohongan. Pilihan kata yang didengar menunjukkan kecenderungan hati seseorang. Kita diajak berhati-hati dalam memilih perkataan yang didengar dan disampaikan. Jangan memberi tempat pada kebohongan atau fitnah.
Dari ay. 5, kita diingatkan bahwa "Menghina orang miskin sama dengan menghina Allah", Sang Pencipta mereka. Sukacita atas penderitaan orang lain adalah perilaku yang mendatangkan murka Tuhan. Perlakukan semua orang dengan kasih dan penghormatan, terutama mereka yang membutuhkan. Ingatlah bahwa menghina sesama adalah menghina Allah.
Dari ay. 6, kita belajar bahwa Hubungan lintas generasi adalah sumber sukacita dan kebanggaan. Orang tua bijak memandang anak cucu sebagai anugerah Allah, dan anak-anak menghormati warisan iman keluarga mereka. Kita diminta untuk menghargai relasi keluarga, baik kepada anak-anak maupun orang tua, sebagai warisan iman yang harus diteruskan.
Dari ay. 7, kita diingatkan bahwa Perkataan seseorang harus mencerminkan karakter mereka. Kebijaksanaan menuntut integritas dalam setiap ucapan, terutama bagi pemimpin. Biarlah setiap perkataan kita, terutama sebagai pemimpin, penuh dengan kebenaran dan kejujuran.
Dalam ay. 8, dituliskan bahwa "Hadiah atau pemberian yang tulus dapat melunakkan hati dan membuka pintu berkat", namun tidak boleh disalahgunakan untuk tujuan manipulasi. Ketika memberi kepada sesama, lakukanlah dengan ketulusan hati untuk memberkati, bukan untuk memanipulasi.
Dari ay. 9, kita belajar untuk Mengampuni dan tidak menyebarkan kesalahan orang lain dan hal itu adalah tanda kasih. Sebaliknya, mengungkit kesalahan merusak persahabatan. Kita diajak mempraktikkan pengampunan dan menjaga rahasia kesalahan orang lain untuk memelihara kasih dan persahabatan.
Dari ayat-ayat ini, kita dapat belajar bahwa hidup bijaksana berarti memilih damai, menjaga kasih, dan menghidupi integritas dalam segala aspek kehidupan.
Doa:
Tuhan, ajar kami untuk hidup bijaksana, memelihara damai, dan mempraktikkan kasih kepada sesama. Ujilah hati kami agar kami hidup dalam kemurnian dan kebenaran, Amin. (SDK)