Back   
MENGASIHI MUSUH
"Apakah aku bersukacita karena kecelakaan pembenciku, dan bersorak-sorai, bila ia ditimpa malapetaka — aku takkan membiarkan mulutku berbuat dosa, menuntut nyawanya dengan mengucapkan sumpah serapah! —" (Ayub 31:29-30 (TB))
Teman dan musuh pasti ada dalam kehidupan manusia. Pertemanan dijalin karena berdasarkan hobby yang sama, nasib yang sama, ketidaksukaan akan hal yang sama, dan banyak hal sama lainnya. Kita juga menemukan teman yang baik, dan bahkan jauh lebih baik melampaui saudara sendiri.
Namun bagaimana dengan musuh? Di dalam diri seorang musuh terdapat prasangka buruk atas diri lawannya. Seorang musuh akan menderita melihat lawannya senang, dan senang melihat lawannya menderita. Apa pun yang dikerjakan lawannya, selalu salah, selalu buruk, selalu jahat dimatanya. Bahkan ketika sang lawan berbuat hal baik sekalipun.
Ayub memahami bahwa tidak semua orang akan menyukai dirinya. Pasti ada orang-orang yang bersukacita jika dia menderita, ada orang-orang yang bersorak-sorai jika dia ditimpa malapetaka. Namun meskipun begitu, Ayub memutuskan untuk tidak membiarkan dirinya berbuat dosa, dan membiarkan mulutnya mengucapkan sumpah serapah terhadap musuh-musuhnya.
Dalam kitab Amsal 24:17-18, Salomo juga memberikan nasihat agar kita tidak merasa sukacita saat menjumpai atau mengetahui bahwa sosok yang memusuhi kita terperosok. Mengapa?
Pertama, Agar kita tidak terus menerus melestarikan sikap permusuhan dalam diri kita terhadap musuh kita. Yang nantinya semakin lama, dapat menjadi sebuah karakter hidup yang buruk bagi diri kita.
Kedua, Agar kita tidak jatuh dalam kesalahan yang sama dengan musuh kita, yang menyebabkan Tuhan Allah juga murka terhadap kelakuan kita.
Ketiga, Sebab teladan dan perintah yang Tuhan berikan adalah agar kita mengasihi musuh kita. Ada banyak ayat dalam Alkitab yang memerintahkan kita untuk mengasihi musuh kita. Tuhan Yesus juga mengajarkan dan memberikan teladan untuk mengasihi musuh kita (Matius 5:44; Lukas 23:34).
Membalas kebaikan dengan kejahatan adalah SALAH.
Membalas kebaikan dengan kebaikan adalah WAJAR.
Membalas kejahatan dengan kebaikan adalah KASIH.
Sudahkah kita melepaskan pengampunan atas musuh kita? Sudahkah kita mendoakan musuh kita? Sudahkah kita mengasihi musuh kita? Sudahkah kita memberkati musuh kita?
Budayakan Membaca, Merenungkan dan Melakukan Firman Tuhan setiap hari [Yosua 1:8]. (DYTM)