Back   
HATI, BUKAN RITUAL
"Sungguh, pada waktu Aku membawa nenek moyangmu keluar dari tanah Mesir Aku tidak mengatakan atau memerintahkan kepada mereka sesuatu tentang korban bakaran dan korban sembelihan; hanya yang berikut inilah yang telah Kuperintahkan kepada mereka: Dengarkanlah suara-Ku, maka Aku akan menjadi Allahmu dan kamu akan menjadi umat-Ku, dan ikutilah seluruh jalan yang Kuperintahkan kepadamu, supaya kamu berbahagia!" (Yeremia 7:22-23)
Dalam bacaan ini, Tuhan berkata bahwa sejak awal, yang Dia minta dari umat-Nya bukanlah sekadar korban atau ritual. Yang paling penting adalah taat kepada suara-Nya. Dengan kata lain, Tuhan lebih peduli pada hati yang mau mendengar dan melakukan firman, daripada sekadar menjalankan simbol-simbol agama.
Umat Israel pada masa itu rajin beribadah, tetapi mereka tidak sungguh-sungguh hidup bagi Tuhan. Mereka masih suka melakukan dosa, menindas orang lain, dan mengikuti keinginan sendiri. Jadi semua korban dan ritual mereka tidak ada artinya. Itu hanya “kulit luar” yang kelihatan rohani, tetapi kosong di dalam.
Hal ini mengingatkan kita bahwa ibadah sejati tidak diukur dari seberapa sering kita datang ke gereja, seberapa banyak kegiatan rohani yang kita ikuti, atau seberapa indah kalimat doa kita. Yang Tuhan cari adalah hati yang taat, hati yang mau berubah, hati yang rindu untuk hidup benar. Tanpa itu, semua aktivitas agama kita bisa jadi cuma rutinitas belaka.
Daripada sibuk menjaga penampilan rohani, mari fokus pada sikap hati di hadapan Tuhan. Saat beribadah, coba tanyakan: “Apakah aku sungguh datang untuk mendengar suara Tuhan? Apakah aku mau taat pada firman-Nya?” Ibadah yang lahir dari hati yang tulus akan membawa perubahan hidup, bukan sekadar formalitas. Tuhan lebih senang pada ketaatan sederhana yang nyata, daripada ritual besar yang tanpa hati. (EZ)