INTEGRITAS
20 Jan 2025
[Kej. 39 & 40] [Mat. 13:1-23] [Mzm. 18:31-43] [Ams. 8:22-36]
Tetapi Yusuf menolak dan berkata kepada isteri tuannya itu: "Dengan bantuanku tuanku itu tidak lagi mengatur apa yang ada di rumah ini dan ia telah menyerahkan segala miliknya pada kekuasaanku bahkan di rumah ini ia tidak lebih besar kuasanya dari padaku, dan tiada yang tidak diserahkannya kepadaku selain dari pada engkau, sebab engkau isterinya. Bagaimanakah mungkin aku melakukan kejahatan yang besar ini dan berbuat dosa terhadap Allah” (Kej. 39:8-9)
Dari kisah klasik Yusuf dan isteri Potifar ini kita dapat belajar bahwa ada ujian yang Tuhan izinkan terjadi bagi kita, salah satunya adalah godaan sexual. Bagaimana kita meresponinya adalah kunci sukses dalam kehidupan kita agar Tuhan dapat membimbing kita “go to the next level”.
Apa itu integritas? Integritas adalah standar hidup yang sesuai dengan Firman Tuhan yang tidak menyerah kepada keinginan sesaat. Orang yang memiliki integritas, konsisten dalam melakukan sesuatu, bukan hanya ingin dilihat orang lain. Orang yang berintegritas adalah orang yang tulus, jujur, dan memiliki konsistensi antara hati, kata dan perbuatan. Orang yang berjalan dengan integritas memiliki sifat-sifat seperti dapat dipercaya, jujur, benar, setia, konsisten, komitmen, dan bertanggung jawab. Persis seperti yang dilakukan oleh Yusuf kepada tuannya Potifar dan kepada Tuhan Allah.
Satu contoh integritas yang lain di abad ini adalah perbuatan yang dilakukan oleh pelari lintas alam international bernama Ivan Fernandez Anaya asal Spanyol, yang kisahnya dimulai saat Abel Mutai, seorang atlet lari asal Kenya, tinggal beberapa meter dari garis finis dan akan memenangi lomba lintas alam internasional. Namun, karena bingung melihat papan petunjuk dan mengira dirinya telah melewati garis finish, Mutai pun menghentikan larinya. Ivan Fernandez Anaya yang berada di posisi kedua melihat kesalahan Mutai. Namun, alih-alih memanfaatkan keadaan dan melesat ke garis finish, ia justru menghampiri Mutai, mengulurkan lengan, dan memberi isyarat agar Mutai terus berlari untuk meraih medali emasnya. Ketika ditanya oleh seorang reporter tentang alasannya berbuat demikian, Anaya menegaskan bahwa Mutai yang selayaknya menang, bukan dirinya. Ivan mengatakan kepada reporter tersebut : “Apa yang dapat dipuji dari kemenangan saya? Kebanggaan seperti apa yang saya dapatkan dari medali emas itu? Apa yang akan dipikirkan ibu saya jika saya berbuat demikian?” Dan akhirnya terbitlah artikel berita dengan judul : “Anaya lebih memilih jujur daripada menang.”
Bagaimanakah dengan kita ? Isi hati, perkataan, dan perbuatan kita janganlah bertolak belakang. Jika ya, hendaklah kita katakan: “ya”, dan jika tidak, hendaklah kita katakan: “tidak.” Ketulusan hati, kejujuran, konsistensi, komitmen, bertanggung jawab dan dapat dipercaya jangan kita abaikan. Kita harus menghidupi dan menyampaikan kebenaran dengan konsisten, tidak peduli ada atau tidak ada siapa-siapa yang hadir dan melihatnya.
Mari kita senantiasa memohon dalam doa kepada Tuhan agar menguatkan dan meneguhkan hati kita agar setiap ucapan, pikiran dan tindakan kita selaras, Amen. Tuhan Yesus Kristus memberkati kita semua ! (JPT)