preloader
  Back   

JANGAN MUNAFIK

"Tetapi apa yang keluar dari mulut berasal dari hati dan itulah yang menajiskan orang. Karena dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat. Itulah yang menajiskan orang. Tetapi makan dengan tangan yang tidak dibasuh tidak menajiskan orang" (Matius 15:18-20)

Bila kita mau mengetahui seberapa benar hati kita atau orang lain, perhatikanlah setiap kata yang terucap keluar dari mulutnya. kita pun sendiri bila  sering mengucapkan kata-kata yang tidak benar maka perlu kita membenahi hati kita. Konteks dalam Matius 15:1-20 ini berbicara tentang golongan orang Farisi dan ahli Taurat yang bertanya kepada Yesus mengapa murid-murid-Nya melanggar adat istiadat nenek moyang, perihal tidak membasuh tangan sebelum makan.

Maka dari itu kita memahami satu persatu makna di balik ayat ini. Apakah tidak mencuci tangan sebelum makan merupakan tindakan yang melanggar Hukum Taurat?  Ada dua pandangan mengenai hal tersebut. Bagi orang Farisi dan ahli Taurat perbuatan itu sudah melanggar Hukum Taurat (ay. 2), tetapi Tuhan Yesus mengatakan, "Tidak." 

Ada dua alasan mengapa Tuhan Yesus menyatakan demikian. 

Pertama, Yesus menegur kemunafikan mereka karena menggantikan Hukum Taurat dengan ajaran tradisi mereka (ayat 3, 6). Mungkin pada mulanya tradisi-tradisi seperti itu dimaksudkan untuk mendorong dan memastikan orang Israel taat sepenuhnya terhadap Hukum Taurat. Misalnya, janji Tuhan dalam hal persembahan uang atau harta yang diberikan ke Bait Allah. Hal ini dimaksudkan supaya umat Tuhan setia beribadah kepada Allah. Dalam praktiknya, mereka memberikan perpuluhan tapi yang lain diabaikan, yaitu keadilan, belas kasihan dan kesetiaan (baca Mat. 23:23). 

Kedua, sebenarnya makan dengan tangan yang belum dicuci tidak melanggar Hukum Taurat. Inti Hukum Taurat bukan terletak pada peraturan-peraturan jasmani melainkan terletak di hati (ay. 18). Hati yang kudus akan menghasilkan perbuatan kudus, bukan sebaliknya. Oleh karena itu, Yesus mengecam tradisi yang hanya mementingkan tindakan lahiriah, tetapi mengabaikan yang Tuhan inginkan. 

Dengan demikian marilah kita hidup sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan, sebab betapa mudahnya seseorang jatuh ke dalam dosa kemunafikan. Sepertinya ia benar dan setia kepada Tuhan dengan menjalankan tata peraturan agamawi, tetapi telah melanggar perintah Tuhan lainnya yang lebih penting untuk dilakukan. Bisa jadi, kita dapat bahkan sering melakukan hal yang serupa ini yaitu memutarbalikkan kebenaran firman Tuhan untuk kepentingan diri sendiri. Kita juga berperilaku seolah-olah hidup dalam kebenaran Firman Tuhan padahal hanya ingin dipuja-puji orang lain. Mungkin orang lain bisa terkecoh oleh sikap itu. Akan tetapi, Tuhan tidak dapat dikelabui sebab Ia melihat hati setiap orang.  Menumbuhkan firman-Nya dalam hati adalah kunci untuk mencegah dosa kemunafikan, Amin. Tuhan Yesus Memberkati. (SG)

Share