Back   
LUKA DARI SEORANG SAHABAT
“Lebih baik teguran yang nyata-nyata dari pada kasih yang tersembunyi. Seorang kawan memukul dengan maksud baik, tetapi ciuman seorang musuh berlimpah-limpah”
(Amsal 27:5-6)
Dr. Sarah Chen menghadapi pilihan sulit ketika hasil tes sahabat lamanya menunjukkan masalah kesehatan serius. Ia bisa saja menyampaikan kabar yang menyenangkan demi membuat sahabatnya tetap bahagia, atau mengatakan kebenaran yang pahit namun akan menyelamatkan nyawanya. Keputusannya untuk berbicara jujur, meski awalnya menyakitkan, pada akhirnya membuat sahabatnya melakukan perubahan gaya hidup yang mencegah terjadinya serangan jantung dikemudian hari.
Kisah ini adalah penerapan sempurna dari Amsal 27:5-6: “Lebih baik teguran yang nyata-nyata dari pada kasih yang tersembunyi. Seorang kawan memukul dengan maksud baik, tetapi ciuman seorang musuh berlimpah-limpah.”
Ada 3 prinsip yang bisa kita pelajari:
Pertama: Kasih Menegur. Kata yang digunakan untuk “teguran” bukan berarti kritik keras, melainkan koreksi membangun dengan maksud memulihkan. Kadang kasih sejati menuntut percakapan sulit yang sebenarnya ingin kita hindari.
Ingat saat Natan menegur Raja Daud atas perzinahan dan pembunuhan yang ia lakukan. Nabi itu mempertaruhkan nyawanya demi menyampaikan kebenaran yang membawa Daud pada pertobatan. Demikian juga Paulus menegur Petrus secara terbuka ketika perilakunya mengancam kemurnian Injil, dan kejujuran itu menjaga kesatuan jemaat.
Dalam kehidupan sehari-hari, ini bisa berarti menegur teman yang mengambil keputusan yang keliru, pembicaraan serius dengan pasangan yang boros, atau menetapkan aturan dan batasan bagi anak meskipun mereka menangis.
Kedua: Keberanian untuk Mengorbankan Hubungan. “Seorang kawan memukul dengan maksud baik” menunjukkan bahwa persahabatan sejati terkadang menuntut risiko kehilangan hubungan itu sendiri. Sahabat sejati mengutamakan kebaikan jangka panjang dibanding kedamaian sesaat.
Yonatan melakukannya ketika memperingatkan Daud tentang bahaya yang ditimbulkan ayahnya sendiri, meski itu berarti kehilangan hak waris dan membuat ayahnya murka. Yonatan bertindak dengan perspektif kekal, rela menanggung ketegangan sementara demi manfaat kekal.
Adalakanya kita perlu berkata keras kepada sahabat kita demi kebaikannya sekalipun resikonya pertemanan itu sendiri. Sahabat sejati rela dianggap jahat untuk sementara demi melindungi orang yang benar-benar ia kasihi.
Ketiga: Waspada terhadap Perangkap Sanjungan. “Ciuman seorang musuh berlimpah-limpah” memperingatkan kita terhadap orang yang hanya mengatakan hal-hal yang ingin kita dengar. Raja Ahab dikelilingi 400 nabi palsu yang selalu menyenangkannya, namun ia membenci Mikha yang berani berkata benar. Sanjungan itu justru membawanya pada kehancuran.
Kita perlu menilai lingkaran pertemanan kita: Apakah ada yang berani mempertanyakan cara pikir saya? Kadang orang yang membuat kita merasa nyaman sesaat bukanlah orang yang sungguh menginginkan kebaikan bagi kita.
Persahabatan sejati menuntut keberanian untuk berkata benar dalam kasih, hikmat untuk menerima koreksi dengan rendah hati, serta kepekaan untuk membedakan antara kepedulian tulus dan sanjungan manipulatif. Sahabat sejati melukai untuk menyembuhkan, bukan mencium untuk menghancurkan, AMIN. (ES)