Back   
IYA, SUDAH TAHU!
"Hai anakku, janganlah engkau menolak didikan TUHAN, dan janganlah engkau bosan akan peringatan-Nya" (Amsal 3:11)
Beberapa waktu yang lalu, saya kembali pulang ke kampung saya. Saya menikmati waktu yang saya miliki dengan orang tua saya. Namun, yang namanya orang tua, pasti tidak akan melewatkan setiap kesempatan yang dimiliki untuk memberikan wejangan, nasihat, atau larangan untuk anak-anaknya. Sama halnya dengan orang tua saya. Kebanyakan, nasihat-nasihat itu adalah nasihat-nasihat lama yang sudah saya dengar berulang kali.
Jika melihat dari sudut pandang ayat di atas, maka kita bisa mendapati dua bahaya ketika menerima didikan, baik dari orang tua atau pun dari firman Tuhan.
Yang pertama, kita menolaknya. Kita menganggap diri kita jauh lebih cerdas dan lebih pandai ketimbang orang yang memberitahu kita hal yang seharusnya kita lakukan. Dalam Alkitab, bangsa Israel berulang-ulang kali melakukan kesalahan yang sama. Mereka senantiasa menolak perintah dan larangan Tuhan, bahkan sesaat setelah mereka melihat konsekuensi dari orang-orang yang menolak mendengarkan-Nya. Bahaya yang pertama ini mudah sekali dikenali sebab penolakannya muncul secara langsung.
Namun, bahaya yang kedua muncul pada jangka waktu yang lama. Barangkali, kita menerima didikan Tuhan dengan baik di awal, tapi seiring berjalannya waktu, sesudah menerima didikan yang sama berulang kali, kita merasa jengkel. Kita jengkel ketika harus duduk di gereja mendengarkan khotbah dengan pesan inti yang sama. Kita jengkel ketika membaca firman dengan teguran yang sama. Kita jengkel ketika orang menyuruh kita bertobat padahal dulu kita sudah mengikuti arahan tersebut.
Kenyataannya, jika dilihat dari sejarah orang Israel, firman yang sama, perintah yang sama, larangan yang sama, harus terus-menerus diberitakan dan didengungkan di telinga kita. Bangsa Israel jatuh bukan hanya sekali, tapi berulang kali. Bahkan sesudah menerima perintah dari Tuhan untuk memperkatakan firman setiap hari pun, mereka masih jatuh.
Janganlah kita menolak atau merasa jengkel terhadap firman Tuhan yang kita dengar. Sebab sama seperti orang tua kita, Allah senantiasa menegur serta menasihati kita dengan firman yang sama setiap hari agar kita menjadi serupa dengan gambaran Anak yang dikasihi-Nya. (HDM)