"Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus" (Filipi 3:7-9)

Ketika awal-awal sampai di Yogyakarta, gembala saya menawarkan saya untuk dijadwalkan menjadi pemimpin pujian. Saya menolak. Bukan karena saya sombong, malah sebaliknya, saya merasa minder. Saya lebih memilih berkhotbah daripada memimpin pujian karena kalau berkhotbah, apa yang hendak saya ucapkan sudah ada di teks, sementara dalam memimpin pujian, saya harus memikirkan kata-kata sementara saya memimpin jemaat. Seiring berjalannya waktu, saya akhirnya dijadwalkan juga. Semakin lama, saya semakin mahir menjadi WL. Namun, sering terlintas dalam pikiran saya bahwa suara saya sangat bagus dan pelayanan akhirnya berubah menjadi penampilan.

Manusia berusaha mencari harga dirinya dengan memegahkan sesuatu, entah hartanya, kecerdasannya, kemampuannya, koneksinya, atau hal-hal yang lain. Bahkan di dalam gereja pun, pelayanan bisa menjadi tempat untuk membuktikan harga diri seseorang. Mungkin kita tidak seperti orang-orang Yudaizer dalam surat Filipi yang memegahkan tradisi sunat, tapi kita bisa saja memegahkan pelayanan kita, bantuan kita kepada gereja, atau bahkan pengetahuan teologi kita.

Paulus ingin supaya kita mengarahkan pandangan kita kepada Yesus Kristus sebagai harga diri kita. Sebagai orang percaya, kita harus bermegah di dalam Dia saja. Paulus menyebut segala sesuatu telah dia anggap sebagai kerugian, bahkan sampah (bahasa aslinya jauh lebih jorok). 

Pelayanan, persembahan kepada gereja, pengetahuan teologi, talenta, semuanya tidak ada apa-apanya tanpa anugerah Allah dalam Kristus Yesus. Semuanya bisa diambil oleh Allah kapan saja.

Hanya Kristus saja yang kekal! Oleh karena Dialah, kita bisa melayani. Oleh karena Dialah, kita bisa menjadi percaya. Oleh karena Dialah, Allah mau menerima dan mengasihi kita. Mari kita taruh harga diri kita di dalam Kristus. (HDM)