Back   
SUDAH LAPUK
Ikat Pinggang yang Menjadi Lapuk (Yeremia 13:1-11)
Dalam Yeremia 13:1–14, Tuhan memberi peringatan kepada umat-Nya melalui ikat pinggang yang baru dan kuat akhirnya menjadi rusak dan tidak berguna karena ditinggal dan dibiarkan sekian lama di celah batu. Ikat Ikat pinggang yang semula melekat erat pada tubuh melambangkan kedekatan umat dengan Tuhan. Namun karena dibiarkan dan tidak dijaga, akhirnya hancur dan tidak lagi berfungsi.
Gambaran ini menunjukkan keadaan rohani yang mulai redup. Hati yang tadinya menyala bagi Tuhan bisa perlahan padam ketika kita tidak lagi menjaga hubungan pribadi dengan-Nya. Sering kali kita tidak menyadari bahwa aktivitas rohani yang kita lakukan hanyalah rutinitas. Kita tetap berdoa, membaca firman, atau hadir dalam ibadah, tetapi hati sudah kehilangan kasih mula-mula. Api kerinduan untuk menyenangkan Tuhan digantikan dengan kebiasaan tanpa makna. Sama seperti ikat pinggang yang akhirnya rusak, ibadah yang hanya formalitas tidak membawa kehidupan, melainkan membuat rohani semakin kering.
Perlu kita renungkan mengapa hal ini bisa terjadi. Bisa saja karena masalah yang tak kunjung selesai, sehingga patah semangat untuk tetap berharap kepada Tuhan. Atau, sama seperti ikat pinggang yang dibiarkan di celah batu (bukan tempat yang seharusnya), “kelapukan” rohani kita bisa juga karena lingkungan sekitar yang tidak mendukung pertumbuhan kita. Tanpa sadar kita pun menjadi suam. Pada akhirnya, hubungan kita dengan Tuhan menjadi renggang dan kita bisa semakin jauh dari-Nya.
Pesan firman ini adalah panggilan untuk kembali. Tuhan tidak menghendaki kita menjadi ikat pinggang yang rusak, melainkan tetap melekat erat pada-Nya, hidup dalam kekudusan, kasih, dan ketaatan. Marilah kita memeriksa hati kita: apakah api kasih mula-mula masih menyala, atau sudah mulai padam? Mari kembali kepada Tuhan, memelihara kedekatan dengan-Nya, agar hidup kita tetap menyatakan kemuliaan-Nya. (SLS)