Back   
            
            MENGUCAP SYUKUR
            
            
                
“Aku akan memuji-muji nama Allah dengan nyanyian, mengagungkan Dia dengan nyanyian syukur” 
(Mazmur 69:31)
Mazmur 69 adalah salah satu mazmur ratapan Daud, penuh dengan ungkapan pergumulan dan penderitaan. Pada ayat 30, pemazmur mengawali dengan pengakuan bahwa hidupnya berada dalam kesengsaraan: “Tetapi aku ini tertindas dan kesakitan.” Ini adalah suara hati seorang yang jujur di hadapan Tuhan—ia tidak menutupi rasa sakit, kelemahan, dan pergumulan hidupnya. Ia mengakui bahwa hidupnya penuh dengan masalah.
Namun menariknya, pada ayat-ayat berikutnya, justru muncul nada yang sangat berbeda: ucapan syukur dan pengakuan atas kebesaran Tuhan. Daud berkata bahwa ia akan memuji nama Allah dengan nyanyian, dan ucapan syukur itu akan lebih berkenan bagi Tuhan daripada korban bakaran atau persembahan. Hal ini tampak bertolak belakang denan kondisi yang sedang dialami Daud. Di tengah penderitaan, bukannya terus meratap, Daud memilih untuk meninggikan Tuhan. 
Inilah pelajaran penting bagi kita: ucapan syukur sejati tidak bergantung pada kondisi. Syukur bukanlah hasil dari keadaan yang baik, melainkan sikap hati yang percaya bahwa Tuhan tetap berdaulat dan layak dipuji. Saat hati penuh ucapan syukur, bahkan dalam kesesakan, kita sedang menyatakan iman bahwa kuasa Tuhan lebih besar daripada penderitaan kita. 
Mazmur ini juga meneguhkan bahwa melalui sikap hati yang bersyukur, orang-orang yang rendah hati dan tertindas akan melihat Tuhan bertindak, itulah alasan untuk tetap bersyukur dan bersukacita. Tuhan tidak meninggalkan umat-Nya. Ia akan mendengar doa, bergerak melakukan sesuatu (yang kadang tidak terlihat bagi kita), dan menjawab doa kita.
Karena itu, marilah kita belajar seperti Daud: mengakui kesengsaraan kita dengan jujur, tetapi tetap memilih untuk bersyukur. Biarlah ucapan syukur kita tidak mengenal kondisi, sebab Tuhan kita tidak berubah—Ia tetap besar, mulia, dan setia selama-lamanya. (SL)