preloader
  Back   

DARI PERPECAHAN MENUJU KESATUAN

“Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan" (Efesus 2:14)
 
Ungkapan "Bersatu kita utuh bercerai kita runtuh" menunjukkan pentingnya arti dari sebuah persatuan, keutuhan, kebersamaan, dan solidaritas. Ada keberagaman dalam persatuan.  Namun, hal itu sering hanya sebatas slogan belaka, karena dalam praktek kehidupan bersama begitu mudah terjadi perpecahan karena konflik interes, kepentingan diri sendiri dan keegoisan masing-masing pribadi.

Sejak kejatuhan manusia dalam dosa, terjadi perpecahan dan diskomunikasi, baik antar sesama manusia, maupun hubungan manusia dengan Allah. Tabiat dosa yang terjadi akibat keterpisahan manusia dengan Allah ini menyebabkan manusia menjadi makhluk yang saling memanfaatkan dan memperdayai demi kepentingannya sendiri atau kelompoknya. Ungkapan "Homo Homini Lupus"--manusia menjadi serigala atas sesamanya, sering diwujudkan dalam perselisihan, perkelahian, peperangan, pembunuhan dan berbagai kejahatan.

Yesus Kristus datang ke dunia untuk memperdamaikan segala sesuatunya: manusia dengan manusia, manusia dengan alam,  terlebih manusia dengan Allah, Sang Pencipta. Dalam kitab Efesus terlebih pasal 2:1-22 dijelaskan karya Allah dalam Kristus untuk pendamaian antara surga dan bumi, untuk memulihkan komunikasi yang putus oleh dosa, untuk menyelamatkan umat manusia dan mengembalikan keutuhan hubungan antara Allah dan manusia seperti sebelum manusia jatuh dalam dosa. 

Ada tiga aspek yang Rasul Paulus jelaskan mengenai kondisi manusia kepada jemaat di Efesus dan juga kepada jemaat Tuhan Yesus di akhir zaman ini: 

Pertama, Kondisi manusia tanpa Yesus Kristus. Manusia semua mati karena pelanggaran dan dosa, yaitu kematian rohani, terpisah dari Allah selama-lamanya. Manusia diciptakan dengan habitatnya hidup dalam hadirat-Nya. Saat manusia berdosa dan terbuang  dari hadirat Allah, maka sesungguhnya manusia itu sudah mati rohaninya. Seperti lautan tetaplah lautan walaupun tanpa ada ikan di dalamnya, namun ikan tidak akan bisa hidup tanpa adanya lautan. Allah tetaplah Allah tanpa adanya manusia satu pun. Namun, satu manusia tidak akan pernah bisa hidup jika tanpa Allah. Manusia tanpa Allah hanya hidup berjalan menurut jalan dunia yang menuju kebinasaaan dan dikuasai oleh roh jahat dan oleh hawa nafsu kedagingannya.

Kedua, Kasih Allah mengaruniakan keselamatan.
Kasih Allah mengubah keadaan manusia. Yang dulunya terputus, namun oleh karya Yesus di salib, manusia diperdamaikan dengan Allah. Keselamatan yang kita terima bukanlah cerita akhir, tetapi  itu sebagai awal babak kehidupan baru, yaitu persekutuan dengan Kristus.

Ketiga, Persekuatan dengan Kristus. Injil membawa pendamaian dan persekutuan yang mempersatukan. Perseteruan orang Yahudi dan non Yahudi, yang dulunya  ada tembok pemisah, sudah dihancurkan. Di dalam Kristus kita semua sama, masuk dalam  anggota  keluarga Kerajaan Allah. Keselamatan bukan hanya bersifat pribadi tetapi juga komunal, yaitu membawa kesatuan umat Allah yang beragam. Tujuannya adalah untuk membangun kesatuan dalam tubuh Kristus, yaitu Gereja-Nya yang “Am dan Apostolik". 

Yesus datang ke dunia, yang sudah jatuh, terpisah dari kesatuan dengan Allah Bapa. Ia datang untuk membawa kita kembali dalam persatuan, manunggal  dengan Allah kembali melalui Tubuh Kristus, yaitu Gereja Tuhan yang Esa, Amin. (PBB)

Share