Back   
HIDUP BARU DALAM KRISTUS
"Sebab itu kukatakan dan kutegaskan ini kepadamu di dalam Tuhan: Jangan hidup lagi sama seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah dengan pikirannya yang sia-sia dan pengertiannya yang gelap, jauh dari hidup persekutuan dengan Allah, karena kebodohan yang ada di dalam mereka dan karena kedegilan hati mereka" (Efesus 4:17-18)
Dalam Efesus 4:17-18, Rasul Paulus menasihati jemaat Efesus agar tidak lagi hidup seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah. Ia menegaskan bahwa pola hidup orang yang jauh dari Allah ditandai dengan pikiran yang sia-sia, pengertian yang gelap, serta hati yang keras. Paulus ingin mengingatkan bahwa kehidupan dalam Kristus harus berbeda, sebab mereka sudah ditebus dan dipanggil untuk hidup dalam terang.
Paulus bermaksud menekankan pentingnya perubahan pola hidup orang percaya. Hidup lama yang dikuasai dosa harus ditinggalkan, diganti dengan hidup baru yang dipimpin oleh Roh Kudus. Paulus menyinggung kondisi rohani orang yang tidak mengenal Allah. Tujuannya adalah agar jemaat menyadari bahaya jika mereka kembali pada cara hidup yang lama: terasing dari persekutuan dengan Allah, dikuasai kebodohan rohani, dan hatinya keras terhadap kebenaran.
Jemaat Efesus hidup di tengah kota yang maju dan kosmopolitan, pusat perdagangan dan penyembahan dewi Artemis. Lingkungan ini dipenuhi praktik penyembahan berhala, sihir, dan gaya hidup yang hedonis. Banyak orang Kristen di Efesus berasal dari latar belakang seperti ini. Itu sebabnya, Paulus perlu menegaskan kembali agar mereka tidak kembali pada kebiasaan lama, melainkan hidup sesuai identitas baru mereka di dalam Kristus.
Firman Tuhan ini bukan hanya ditujukan bagi jemaat Efesus pada masa itu, tetapi juga untuk kita saat ini. Karena itu, marilah kita melihat bagaimana kebenaran ini dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Pertama, Hiduplah dengan pikiran yang diperbarui. Paulus mengingatkan agar orang percaya tidak hidup dengan pikiran yang sia-sia. Itu berarti kita harus mengizinkan firman Tuhan memperbarui cara berpikir kita setiap hari. Roma 12:2 berkata, “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu...” Pikiran yang diperbarui akan menuntun pada hidup yang berkenan kepada Allah.
Kedua, Jangan biarkan hati menjadi keras. Salah satu ciri orang yang menjauh dari Allah adalah kedegilan hati. Karena itu, orang percaya harus senantiasa rendah hati, mau diajar, dan peka terhadap suara Roh Kudus. Ibrani 3:15 menegaskan, “Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu...” Kelembutan hati adalah tanda bahwa kita hidup dalam persekutuan dengan Allah.
Ketiga, Tetaplah hidup dalam persekutuan dengan Allah. Paulus berkata bahwa orang yang tidak mengenal Allah, jauh dari hidup persekutuan dengan-Nya. Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk melekat pada Kristus lewat doa, firman, dan persekutuan dengan jemaat. Yohanes 15:5 mengingatkan, “Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak...” Kehidupan yang melekat pada Tuhan akan menghasilkan buah rohani yang nyata.
Itu sebabnya, kehidupan orang percaya tidak boleh sama dengan dunia, karena kita telah menerima hidup baru di dalam Kristus. Jemaat Efesus diingatkan untuk meninggalkan pola hidup lama, yang gelap. Demikian pula kita sekarang dipanggil untuk berpikir benar, menjaga hati tetap lembut, dan hidup dalam persekutuan erat dengan Allah. Dengan demikian, hidup kita akan menjadi kesaksian yang memuliakan nama Tuhan, Amin. Tuhan Yesus Memberkati. (SG)