preloader
  Back   

SABAT


"Jika memang kamu mengerti maksud firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, tentu kamu tidak menghukum orang yang tidak bersalah. Karena Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat" (Matius 12:8)

Dalam kisah penciptaan, Tuhan berhenti dari segala pekerjaan pada hari ketujuh, setelah Ia menyelesaikan seluruh penciptaan langit dan bumi. Tuhan mengambil Sabat, yang artinya istirahat atau berhenti. Mengacu pada peristiwa ini, Tuhan menegaskan dalam 10 perintah-Nya, agar umat Israel menguduskan hari Sabat. Tuhan memerintahkan dan menghendaki agar umat-Nya berhenti untuk beristihat dari kesibukan dan pekerjaan pada hari ketujuh.

Tujuan Sabat adalah: 
Pertama: Istirahat secara Fisik. Sabat tidak ditetapkan Tuhan untuk menghalangi manusia dalam bekerja dan berkarya. Ketika Tuhan menetapkan Sabat, Ia menyadari dan ingin menunjukkan satu realita penting dalam menjalani kehidupan ini, yaitu istirahat. Tuhan saja beristirahat atau ber-Sabat, apalagi manusia, kita butuh istirahat, yaitu berhenti dari segala kegiatan, aktivitas fisik dan masuk ke dalam masa pemulihan. Satu kali, hasil penelitian menunjukkan bahwa kuda yang bekerja 7 hari non-stop ternyata menghasilkan lebih sedikit atau kurang produktif dibandingkan dengan kuda yang bekerja 6 hari dan diberi 1 hari untuk istirahat. 

Kedua: Refleksi Rohani. Selain dari tujuan istirahat secara fisik, Sabat juga ditujukan sebagai refleksi rohani bagi setiap orang percaya. Itu sebabnya Tuhan mengatakan agar kita menguduskan hari Sabat. Kita berhenti dari aktifitas fisik, dan menggunakan waktu Sabat untuk melakukan aktifitas rohani, yaitu berdoa, merefleksikan hubungan dengan Tuhan dan melakukan kegiatan rohani lainnya. Ketika kita beristirahat, kita tidak hanya sekadar tidur atau tidak melakukan apa-apa, tetapi kita menggunakan waktu untuk memeriksa kondisi kerohanian dan melakukan ‘spiritual checkup’.  Apabila ada hal yang tidak berkenan, tidak sesuai dan perlu dibenahi, maka kita menggunakan waktu tersebut untuk memperbaiki diri. 

Ketiga: Keluarga dan komunitas. Secara tradisional, Sabat ditujukan juga untuk waktu bersama keluarga dan komunitas. Dalam momen Sabat, kita membangun dan mempererat hubungan dengan keluarga maupun komunitas melalui makan bersama, berdoa dan beribadah bersama. Tuhan menghendaki agar melalui Sabat, kita tidak sibuk dengan diri sendiri tetapi terhubung satu dengan yang lain. Kita membangun kesatuan, menyelesaikan perselisihan dan saling menjaga keutuhan keluarga.

Sabat memiliki sejarah yang panjang bermula dari kisah penciptaan di mana Tuhan meneladankan Sabat. Tujuannya agar kita tidak terlena mengejar hal-hal duniawi, dan lupa akan tujuan Tuhan dalam hidup kita. Sabat mengajarkan keseimbangan dalam bekerja dan beristirahat. Sabat bukan hanya sebuah aturan yang kaku untuk membatasi manusia, tetapi perintah yang berguna untuk mengingatkan tentang prioritas, bahwa Tuhan, kerohanian, keluarga, dan komunitas adalah hal yang penting dalam hidup ini.  Sudahkah Anda ber-Sabat? (ES)

Share