preloader
  Back   

MENGANDALKAN ALLAH PADA MASA SULIT

(Mazmur 143)

Setiap orang, termasuk mereka yang dipilih Allah, pasti menghadapi masalah. Tidak terkecuali Daud, seorang yang dipilih Allah, yang melalui banyak tantangan hidup. Namun, bagaimana Daud bersikap di tengah kesulitan? Apa yang bisa kita teladani dari Daud dalam Mazmur 143?

Kehidupan tidak selamanya berjalan mulus. Bahkan, orang yang paling dekat dengan Allah sekalipun akan menghadapi tantangan. Bagaimana kita bisa tetap setia dan kuat ketika masa sulit datang? Kuncinya ada dalam hubungan kita dengan Tuhan. Daud, yang menghadapi tekanan dari musuh, kesepian, dan kegelisahan, memberikan kita pelajaran penting tentang bagaimana seharusnya kita bersandar pada Allah dalam menghadapi masa-masa sulit. Mari kita belajar dari Mazmur 143. Apa yang Daud miliki?

Pertama, mengandalkan Allah Melalui Doa: "Ya TUHAN, dengarkanlah doaku, berilah telinga kepada permohonanku! Jawablah aku dalam kesetiaan-Mu, demi keadilan-Mu!" (Mazmur 143:1). 

Daud selalu mengandalkan doa dalam menghadapi berbagai situasi, baik ketika berhadapan dengan musuh, menghadapi tantangan dalam pemerintahan, maupun pergulatan batinnya sendiri. Doa adalah senjatanya, dan ini adalah contoh yang perlu kita ikuti. Dalam situasi apa pun, Daud tidak bergantung pada kekuatannya sendiri, tetapi selalu memohon pertolongan Tuhan.

Pertanyaannya bagi kita adalah, bagaimana kehidupan doa kita? Apakah kita berdoa secara teratur atau hanya ketika kita dalam masalah? Doa bukanlah sekadar pelarian saat kita terdesak, tetapi merupakan jalan untuk menjalin komunikasi yang terus menerus dengan Allah. 

Mari kita disiplinkan diri dalam doa agar hubungan kita dengan Tuhan semakin erat. Ingatlah, "Doa orang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya" (Yakobus 5:16b).

Kedua, Sikap Rendah Hati di Hadapan Allah: "Janganlah beperkara dengan hamba-Mu ini, sebab di antara yang hidup tidak seorang pun yang benar di hadapan-Mu" (Mazmur 143:2). 

Sikap Daud yang rendah hati di hadapan Allah menjadi teladan bagi kita. Dia tidak pernah memegahkan diri atas segala pencapaiannya. Bahkan di hadapan Tuhan, Daud mengakui bahwa tidak ada seorang pun yang benar di hadapan-Nya. Ini menunjukkan bahwa segala yang kita milikiโ€”baik keberhasilan, pelayanan, maupun pengorbananโ€”tidak dapat membuat kita merasa lebih unggul di hadapan Allah.

Sayangnya, ada banyak orang yang sering kali menyombongkan pencapaian mereka di hadapan Tuhan, seperti mengingatkan-Nya akan perpuluhan yang telah mereka berikan atau pelayanan yang telah mereka lakukan. Padahal, kita diingatkan bahwa "Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati" (Yakobus 4:6). Rendah hati adalah sikap yang benar ketika kita datang kepada Allah. Mari kita periksa diri kita, apakah kita datang kepada Allah dengan hati yang rendah dan berserah?

Ketiga,  Tetap Positif dalam Mengingat Kebaikan ๐šƒ๐šž๐š‘๐šŠ๐š—: "Aku teringat kepada hari-hari dahulu kala, aku merenungkan segala pekerjaan-Mu, aku memikirkan perbuatan tangan-Mu. Aku menadahkan tanganku kepada-Mu, jiwaku haus kepada-Mu seperti tanah yang tandus" (Mazmur 143:5-6). 

Ketika menghadapi tekanan hidup, Daud tetap memilih untuk mengingat perbuatan-perbuatan besar Allah dalam hidupnya. Dia tidak membiarkan masalahnya membuatnya melupakan kebaikan Tuhan. Sebaliknya, dia merenungkan segala karya Allah dan ini menguatkan imannya.

Dalam hidup kita, seringkali kita terlalu cepat melupakan kebaikan Tuhan ketika masalah datang. Padahal, ingatan akan perbuatan- perbuatan-Nya yang besar di masa lalu dapat memberikan kita kekuatan untuk menghadapi tantangan di masa sekarang. "Jiwaku haus kepada-Mu seperti tanah yang tandus," kata Daud. Ini menunjukkan betapa besar kerinduannya untuk selalu terhubung dengan Tuhan, bahkan di tengah kesulitan. Kita pun dipanggil untuk memiliki sikap yang samaโ€”tetap bersyukur dan mengingat segala kebaikan Tuhan dalam hidup kita.

Terakhir, Memohon Roh Kudus untuk Menuntun dan ๐™ผ๐šŽ๐š—๐š๐šž๐šŠ๐š๐š”๐šŠ๐š—: "Biarlah Roh-Mu yang baik menuntun aku di tanah yang rata!" (Mazmur 143:10b). 

Daud memahami bahwa tanpa tuntunan Tuhan, hidupnya tidak akan berjalan dengan baik. Ia memohon agar Roh Allah yang baik menuntun jalannya. Kita juga membutuhkan tuntunan Roh Kudus dalam setiap aspek hidup kita, terutama ketika kita merasa kehilangan arah atau terjebak dalam kesulitan. Roh Kudus adalah penolong yang dijanjikan Yesus untuk menguatkan, menghibur, dan menuntun kita ke dalam kebenaran (Yohanes 16:13).

Dalam hidup sehari-hari, marilah kita senantiasa mengundang Roh Kudus untuk memimpin setiap langkah kita. Saat menghadapi keputusan sulit, persoalan, atau bahkan masa yang penuh kegelisahan, biarkan Roh Kudus menuntun kita ke dalam jalan yang rata, seperti Daud yang menyerahkan seluruh hidupnya pada pimpinan Tuhan.

Mengandalkan Allah adalah satu-satunya cara bagi kita untuk bertahan dan keluar sebagai pemenang dalam masa-masa sulit. Seperti Daud, kita harus senantiasa berdoa, menjaga kerendahan hati, dan mengingat kebaikan Tuhan, meski keadaan tampak gelap. 

Saat kita bersandar kepada-Nya, Tuhan yang setia akan memberikan kekuatan, hikmat, dan penghiburan yang kita butuhkan. Marilah kita belajar dari teladan Daud, bahwa masa sulit bukanlah alasan untuk menjauh dari Tuhan, tetapi justru momen untuk semakin dekat dengan-Nya. Dengan keyakinan penuh, kita dapat berkata seperti Daud, "Sebab Engkau, ya Tuhan, yang memelihara hidupku" (Mazmur 143:11). (LKH)

Share