Back   
PENYEMBAHAN YANG BERKENAN
"Daud memerintahkan para kepala orang Lewi itu, supaya mereka menyuruh berdiri saudara-saudara sepuak mereka, yakni para penyanyi, dengan membawa alat-alat musik seperti gambus, kecapi dan ceracap, untuk memperdengarkan dengan nyaring lagu-lagu gembira" (1 Tawarikh 15:16)
1 Tawarikh 15-16 menceriterakan bagaimana tabut Allah dipindahkan dari rumah Obed Edom ke Yerusalem. Tentunya kita sudah hapal dengan kisah ini, bagaimana sebelumnya tabut Allah “meminta” tumbal sebuah nyawa karena Raja Daud tidak menghormati hadirat Allah. Tabut Allah seharusnya diangkut dan di usung oleh para kaum Lewi, bukan di letakkan di atas pedati. Takut peristiwa ini terulang kembali, maka Raja Daud dengan sangat berhati-hati memimpin dan memberikan perintah kepada para orang Lewi untuk mengangkut tabut Allah tersebut. Raja Daud memilih dan menentukan sendiri siapa-siapa saja yang berhak terlibat dalam pemindahan tabut Allah ini. Raja Daud menginginkan proses pemindahan ini berjalan lancar dan yang pasti berkenan di hati Allah.
Dari peristiwa ini kita dapatkan beberapa pelajaran yang berharga. Yang pertama, Raja Daud mengerti benar bahwa hadirat Allah itu sangat kudus, oleh sebab itu Raja Daud memerintahkan para imam dan orang Lewi untuk menguduskan diri mereka. Jika mereka tidak kudus, maka mereka tidak akan dapat bertahan di hadapan tabut Allah. Ingat, kudus tidak dapat disatukan dengan kecemaran. Allah itu kudus, oleh sebab itu ketika kita menghadap Allah, maka hati, pikiran dan jiwa kita harus benar-benar bersih dan kudus. Bahkan dalam 1 Pet. 1:16 dikatakan bahwa kita harus hidup kudus sebab Allah adalah kudus.
Yang kedua, Raja Daud mengerti dan paham sekali tentang penyembahan yang berkenan kepada Allah. Oleh sebab itu Raja Daud memilih sendiri “the best team” nya untuk melayani Raja diatas segala raja dan Tuhan di atas segala tuhan. Bisa saja Raja Daud meyerahkan hal ini kepada Imam Zadok dan Abyatar untuk mengurusinya. Raja Daud tidak perlu turun tangan mengurus hal yang kelihatan sepele. Lebih baik Raja Daud mengurusi masalah pemerintahan dan negara. Tetapi tidak demikian. Raja Daud memilih mengatur bahkan sedetil-detilnya. Raja Daud mengerti bahwa penyembahan bagi Allah harus yang terbaik dan tidak boleh asal-asalan, bahkan Raja Daud menyembelih lembu yang terbaik.
Dan yang ketiga, Raja Daud menanggalkan jubah kebesarannya dan menari bagi Allah. Raja Daud sudah tidak peduli lagi dengan statusnya sebagai Raja. Yang terpenting bagi dia adalah bagaimana Allah disenangkan lewat penyembahannya.
Dari sini kita dapatkan pelajaran bahwa Raja Daud adalah pribadi yang mau merendahkan hati. Meskipun istrinya memandang hina dia, apa yang dilakukan Raja Daud sungguh menyenangkan hati Allah.
Sahabat HBC yang Tuhan Yesus kasihi, mari belajar dari Raja Daud. Ketika kita menghadap Allah, maka pastikan bahwa kita kudus dan berkenan di hadapan-Nya. Jangan sampai penyembahan kita adalah penyembahan yang asal-asalan. Penyembahan adalah hal yang tidak dapat dipisahkan dari kekristenan. Oleh sebab itu, biarlah kita mau mempersembahkan hidup kita sebagai persembahan yang hidup, kudus dan berkenan di hadapan Allah. Tuhan Yesus memberkati. (DSP)